Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Hari Raya Galungan 19 November 2025: Makna, Sejarah, dan Rangkaian Perayaannya

Penulis : Mutmainah J - Editor : Yunan Helmy

18 - Nov - 2025, 17:47

Placeholder
Hari Raya Galungan dan Kuningan. (Foto: iStock)

JATIMTIMES - Umat Hindu di Bali akan kembali merayakan Hari Raya Galungan pada 19 November 2025, yang kemudian disusul dengan Hari Raya Kuningan pada 29 November 2025. Menariknya, tahun 2025 memiliki dua kali perayaan Galungan–Kuningan, yakni setelah rangkaian pertama berlangsung pada 23 April 2025 (Galungan) dan 3 Mei 2025 (Kuningan). Hal ini terjadi karena penetapan hari raya mengikuti siklus 210 hari berdasarkan kalender Saka Bali.

Perayaan Galungan dan Kuningan menjadi momen penting dan sakral bagi umat Hindu sebagai bentuk penguatan nilai dharma (kebenaran) dan refleksi atas kemenangan kebaikan melawan adharma (kejahatan).

Baca Juga : Meriah, Kirab Bersinagari Jadi Momentum Perayaan Hari Jadi Ke-820 Kabupaten Tulungagung

Makna Hari Raya Galungan

Mengutip penjelasan dari Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Galungan merupakan perayaan spiritual yang menandai kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan). Secara etimologi, kata “Galungan” berasal dari istilah yang berarti “bertemu” atau “bersatu”. Makna ini menggambarkan penyatuan kekuatan rohani dalam diri manusia untuk menegakkan kebenaran.

Pada hari Galungan, umat Hindu meyakini bahwa roh leluhur turun ke Bumi untuk memberikan restu, perlindungan, dan berkah. Perayaan ini menjadi pengingat agar umat manusia senantiasa menguatkan diri dan menjaga keseimbangan batin.

Rangkaian Perayaan Galungan

1. Penampahan Galungan (sehari sebelum Galungan)

Momentum ini ditandai dengan penyembelihan hewan sebagai simbol mengendalikan sifat buruk serta bentuk persembahan sebelum memasuki hari raya utama.

2. Hari Raya Galungan

Umat Hindu melakukan persembahyangan di rumah dan pura untuk menyambut kedatangan leluhur.

3. Umanis Galungan (sehari setelah Galungan)

Umat Hindu biasanya mengunjungi keluarga dan kerabat untuk mempererat hubungan, sekaligus menikmati suasana sukacita hari raya.

Sejarah Hari Raya Galungan: Kisah Mayadenawa dan Kemenangan Dharma

Sejarah Galungan tidak lepas dari kisah kuno tentang Mayadenawa, seorang raja sakti dari keturunan raksasa yang memimpin Bali pada masa lampau. Diceritakan bahwa ia memiliki kemampuan luar biasa hasil tapa yoga kepada Dewa Siwa. Namun, kekuatan itu membuatnya menjadi angkuh dan menganggap dirinya setara dewa.

Baca Juga : Barang Bukti Narkoba dan 231 Ribu Batang Rokok Ilegal Dimusnahkan di Mesin Incinerator

Mayadenawa melarang rakyat Bali menyembah dewa, bahkan menghancurkan pura, sehingga rakyat hidup dalam ketakutan. Melihat kondisi ini, seorang pendeta bernama Mpu Sangkul Putih memohon petunjuk melalui meditasi di Pura Besakih. Ia menerima wahyu agar mencari bantuan ke Jambu Dwipa (India).

Bantuan pun datang, dipimpin oleh Dewa Indra yang tiba bersama pasukan kahyangan. Pertempuran besar terjadi dan memaksa pasukan Mayadenawa mundur. Namun, dengan kelicikannya, Mayadenawa meracuni sumber air pasukan Dewa Indra pada malam hari. Jejak langkah miring saat ia menyusup inilah yang kemudian melahirkan nama Tampak Siring.

Dewa Indra kemudian menciptakan sumber air suci baru untuk menyembuhkan pasukannya, yaitu Tirta Empul. Sementara aliran sungainya dinamakan Sungai Pakerisan.

Setelah pulih, pasukan kahyangan mengejar Mayadenawa yang terus bersembunyi dan mengubah wujud di berbagai tempat, termasuk menjadi burung besar di wilayah yang kini bernama Desa Manukaya. Pada akhirnya, Dewa Indra berhasil membinasakan Mayadenawa. Darah yang mengalir dari tubuhnya membentuk Sungai Petanu, yang menurut legenda pernah membawa kutukan selama 1.000 tahun.

Kemenangan ini menjadi simbol bahwa kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan. Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai Hari Raya Galungan oleh umat Hindu Bali.

Hari Raya Galungan dan Kuningan bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga perayaan budaya yang mengandung nilai filosofi mendalam. Melalui perayaan ini, umat Hindu diingatkan untuk selalu menjaga keselarasan hidup, menguatkan iman, serta menegakkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan jatuhnya Galungan pada 19 November 2025, masyarakat Hindu di Bali kembali memasuki momen spiritual penuh makna yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Topik

Peristiwa Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Galungan Kuningan unat Hindu



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Banyuwangi Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Yunan Helmy