BANYUWANGITIMES - Saat ini IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi menggelar KKN yang diikuti oleh sekitar 422 orang mahasiswa yang tersebar di 26 desa 20 Kecamatan.
Agenda akademik ini mengambil gagasan tematik–kolaboratif. Bentuk ini dipilih karena keterbatasan waktu pelaksanaan KKN yang hanya 40 hari dan ketersediaan disiplin ilmu serta sumberdaya yang dimiliki oleh mahasiswa. Sehingga perlu mengambil tema spesifik, yaitu Pembangunan Keluarga sebagai unit terkecil dari pembangunan negara dengan menyelaraskan atau menyinergikan kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupa peningkatan kualitas pembangunan SDM; Pertumbuhan ekonomi inklusif dan penurunan kemiskinan.
Baca Juga : Ada Cinta Hajar di Balik Ibadah Kurban (1)
Bentuk tematik-kolaboratif menjadi strategi dalam pencapain tujuan–tujuan KKN, seperti melaksanakan tanggung jawab Tri Darma Perguruan Tinggi berupa pengabdian kepada masyarakat, mengelaborasi pengetahuan, ketrampilan dan keilmuan ke dalam tema pembangunan keluarga.
Isu-isu stunting, angka kesakitan pada anak, anemia pada remaja putri, penyimpangan seks pada remaja, pernikahan usia dini, angka kematian ibu dan bayi, jeratan rentenir pada pelaku usaha mikro skala rumah tangga, sanitasi buruk, sampah yang tidak tertangani secara komprehensif. Keseluruhan fenomena tersebut tidak mungkin dapat dirampungkan oleh mahasiswa sendirian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.
Program KKN tidak sama dengan proyek penelitian atau pendampingan yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok professional dengan membawa sejumlah anggaran dari para donor. Jadi Peran dan posisi mahasiswa dalam situasi ini lebih sebagai fasilitator.
KKN di masa pandemi ini tetap dilaksanakan dengan tetap patuh pada protokol kesehatan. Kami berprinisip bahwa social distance bukan berati acuh, pembiaran, tidak peduli dan apatis terhadap keadaan masyarakat. Sosial distance justru bermakna merekatkan solidaritas, gotong royong, srawung antar anggota keluarga, antar warga masyarakat.
KKN di masa pandemi ini, mahasiswa dapat memiliki berbagai metode dan pendekatan seperti PRA (Participatory Rural Appraisal). Prinsip dasar pada PRA adalah berbagi pengalaman, keterlibatan masyarakat, penerapan konsep triangulasi dan keberlanjutan sebuah program.
Praktiknya mengikutsertakan warga dalam mengidentikasi kerentanan dan potensi, menetapkan siapa pihak- pihak yang dapat turut serta dalam mengurai permasalahan-permasalahan di lingkungan, warga juga mampu menentukan skala prioritas masalah mendasar yang bisa diatasi sendiri, dan mana tingkat kerentanan atau permasalahan yang dapat diatasi secara bersama. Dan juga diatasi melalui rencana program pemerintah desa.
Melalui pendekatan pemberdayaan, kelembagaan ataupun penguatan kelompok masyarakat, mahasiswa selaku fasilitator dapat melatih pengetahuan warga masyarakat untuk mengurangi tingkat ancaman/kerapuhan yang ada di lingkungan. Sehingga diharapkan lahir kesadaran, pengalaman dan ketrampilan dari masyarakat untuk bergotong royong menguatkan keluarga- keluarga yang ada di lingkungan RT, RW dan dusun- dusun.
Baca Juga : Pemkab Banyuwangi Memilih Bersikap Pasif dalam Tangani Kasus PT PBS
Secara akademik mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan KKN dalam bentuk laporan dan artikel yang dapat digunakan sebagai referensi bagi para pihak-pihak yang membutuhkan, maupun rekomendasi untuk perbaikan kebijakan pihak pemerintah.
Orientasi tema pembangunan keluarga ini adalah ketahanan keluarga yang memiliki lima dimensi, antara lain ketahanan struktural, ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan social psikologis dan ketahanan social budaya. Yang ditandai dengan menguatnya sikap saling peduli, saling perhatian antara anggota keluarga kakek–nenek, ayah–ibu-anak, tetangga dan masyarakat.
Pergaulan remaja yang sehat, usaha yang dikelola keluarga memiliki rencana bisnis yang baik, lingkungan rumah/ sanitasi yang terjaga dari penyakit. Ketersediaan air bersih dan tanaman obat. Pencapaian indikator ketahanan keluarga tersebut tidak bisa instan dan diseleseikan sendiri oleh mahasiswa. Sehingga sejak awal KKN ini memilih program yang telah ada di tiap–tiap desa yaitu BENGKEL SAKINAH sebagai layanan untuk ditumbuhkembangkan peran dan fungsinya melalui sinergitas dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan desa (RT, RW, PKK, POS YANDU, KARANG TARUNA dan LPMD) untuk menyediakan kader–kader sebagai ujung tombak pemberdayaan keluarga di desa.
*Ketua LPPM ( Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ) IAI Ibrahimy