JATIMTIMES - Upaya memperluas jangkauan pemasaran produk hortikultura dan UMKM Kota Batu memasuki babak baru. Pemkot Batu membawa langsung komoditas unggulannya ke Kota Ternate melalui Misi Dagang.
Hal ini sebagai strategi untuk membuka jalur distribusi menuju pasar Indonesia Timur yang selama ini dinilai potensial namun belum banyak disentuh pelaku usaha lokal.
Baca Juga : Dukung Ekonomi Kerakyatan, Mbak Wali Resmikan Gerai Koperasi Merah Putih Kelurahan Ngadirejo
Setiba di kantor Wali Kota Ternate, langsung disambut dengan pameran produk yang menampilkan kekuatan komoditas daerah tersebut. Mulai dari apel, stroberi, jeruk, sayuran dataran tinggi, serta beragam olahan UMKM.
Wali Kota Batu, Nurochman, menegaskan bahwa perluasan pasar merupakan langkah strategis yang sejalan dengan karakter Kota Batu sebagai kota wisata berbasis agrikultur. Hal ini demi perekonomian warga Kota Batu meningkat.
“Produk pertanian kami tidak boleh berhenti hanya di pasar lokal. Kami ingin menciptakan jalur distribusi baru, dan Ternate menjadi pintu masuk penting untuk memperluas pasar hingga kawasan timur,” ujar Nurochman.
Ia juga menekankan bahwa misi dagang ini merupakan bentuk keberpihakan Pemkot Batu kepada petani dan UMKM, terutama dalam menjawab tantangan pemasaran pasca panen dan kestabilan harga.
Sementara itu, Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, menjelaskan kerja sama ini sebagai momentum berharga, mengingat untuk pertama kalinya Ternate kedatangan misi dagang dari pemerintah daerah di Pulau Jawa.
“Ternate kuat pada komoditas rempah, Batu unggul pada buah dan sayur. Kita memiliki potensi yang bisa saling menopang. Inilah yang kami harapkan dari kolaborasi antardaerah,” ungkapnya.
Baca Juga : Lilik Hendarwati Dorong Kemandirian Perempuan lewat Pelatihan Pembuatan Dimsum
Ia juga melihat peluang penguatan rantai logistik sebagai kunci agar komoditas hortikultura Batu dapat memenuhi kebutuhan pasar Ternate yang selama ini bergantung pada pasokan dari luar pulau.
Komitmen dua pihak dituangkan lewat penandatanganan MoU yang mencakup penguatan rantai pasok hortikultura, sinergi pemasaran UMKM, hingga peluang kolaborasi pariwisata. Seusai penandatanganan, pelaku usaha dari kedua kota langsung mengikuti business matching.
Dalam sesi ini, pedagang sayur tradisional, asosiasi pengusaha, dan perwakilan COOSAE holding pertanian Kota Batu mulai menjajaki kontrak pengiriman, penjajakan harga komoditas, dan pola distribusi yang memungkinkan pengiriman rutin. Sesi interaktif tersebut membuka ruang negosiasi yang sebelumnya sulit diperoleh pelaku UMKM dan petani jika bergerak sendiri tanpa dukungan pemerintah.
