Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pemerintahan

Wali Kota Mas Ibin Dengar Suara Pedagang, Rancang Revitalisasi Bersama: Wujudkan Pasar Legi Reborn

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

24 - Oct - 2025, 16:33

Placeholder
Wali Kota Blitar Mas Ibin bersama sejumlah kepala OPD berdialog dengan para pedagang di Pasar Legi, Kamis (23/10/2025). (Foto: Ist)

JATIMTIMES - Suasana warung sederhana di sudut Pasar Legi Kota Blitar, Kamis siang, 23 Oktober 2025, mendadak berbeda dari biasanya. 

Deru kipas angin, aroma kopi hitam, dan piring berisi gorengan menjadi saksi perbincangan hangat antara Wali Kota Blitar H Syauqul Muhibbin yang akrab disapa Mas Ibin dengan para pedagang pasar. Di meja panjang berwarna hijau muda itu, kepala daerah muda tersebut datang bukan untuk memberi instruksi, melainkan untuk mendengar.

Baca Juga : Jadi Mediator ASN dan Warga yang Bertikai, Bupati Situbondo Dorong Penyelesaian Melalui RJ

Di hadapannya, belasan pedagang menyimak serius. Di antaranya H Mahmudi, Handoko Arjuno, dan Suhani, pedagang lama yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup di pasar terbesar di Kota Blitar itu.

Pertemuan itu menjadi momen penting, bukan sekadar ajang temu warga, melainkan titik awal lahirnya konsep “Pasar Legi Reborn”, gagasan revitalisasi berbasis partisipasi pedagang untuk membangkitkan kembali denyut ekonomi rakyat.

Dari Pasar Sepi Menuju Pasar Kreatif

Dalam dialog itu, Mas Ibin tidak berbicara seperti pejabat yang membaca rencana teknokratis. Ia lebih seperti sales daerah yang menjual ide dan optimisme kepada konstituennya. Dengan gaya sederhana dan jujur, ia memaparkan kegelisahan yang sama dengan para pedagang: Pasar Legi kian hari kian sepi, terutama di lantai dua yang hampir tak berpenghuni.

Mas Ibin membuka pembicaraan dengan nada mantap, menegaskan bahwa perubahan adalah keniscayaan bagi pasar yang ingin tetap hidup. “Pasar Legi memang harus berubah,” katanya tegas. Ia menjelaskan bahwa lantai atas pasar selama ini kosong dan tidak ada aktivitas. Karena itu, Pemerintah Kota Blitar berencana melakukan alih fungsi agar ruang tersebut kembali hidup dan ramai.

“Kita ingin pasar ini berubah menjadi pasar kreatif, pasar anak muda, tempat nongkrong, food court, bahkan pusat hiburan rakyat,” ujar Mas Ibin.

Rencana besar itu tidak lahir begitu saja dari ruang rapat berpendingin udara. Mas Ibin menekankan bahwa perubahan harus berangkat dari realitas pedagang. Karena itu, ia memilih duduk bersama mereka, mendengarkan keluh kesah dan kekhawatiran, mulai dari isu pungutan one gate system, relokasi sementara, hingga potensi biaya tambahan.

Ia menjelaskan secara terbuka bahwa sistem “one gate” bukan untuk membebani pedagang, melainkan untuk mengatur lalu lintas pengunjung. “Yang membayar itu nanti bukan pedagang, tapi pembeli. Jadi, pedagang free, tidak dipungut biaya. Ini supaya pasar tertata, aman, dan nyaman,” ujarnya.

Mas Ibin

Anggaran Terukur, Dampak Maksimal

Tahap awal revitalisasi Pasar Legi akan dibiayai melalui Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) Tahun 2025. Nilai totalnya sekitar Rp400 juta, digunakan untuk pilot project perubahan wajah lantai dua pasar.

"Anggaran ini memang belum besar.Tapi cukup untuk menguji konsep. Kita ubah dulu tata ruang tenant yang kecil-kecil itu menjadi ruang terbuka. Di tengah nanti bisa ada panggung kecil untuk konser harian, tempat seniman lokal tampil menghibur pengunjung. Kita ingin suasana pasar itu hidup, bukan sekadar tempat jual beli, tapi juga ruang sosial,” terang Mas Ibin. 

Langkah awal itu mencakup pengecatan ulang, perbaikan talang bocor, kamar mandi, dan tata ulang zonasi tenant. Targetnya sederhana: menghidupkan ruang kosong di lantai dua agar menarik bagi generasi muda dan pengunjung luar kota. Jika antusiasme publik meningkat, revitalisasi tahap berikutnya akan diperluas.

“Kalau tes pasar-nya berhasil, dan animo pengunjung naik, nanti kita tambah anggaran untuk memperluas konsep kreatif ini,” kata Mas Ibin.

Pasar Legi

Pasar Legi: Dari Trauma ke Harapan Baru

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar, Parminto, yang mendampingi wali kota dalam dialog itu, mengakui bahwa banyak pedagang awalnya salah paham terhadap kabar “revitalisasi.”

“Mereka pikir pasar mau dibongkar total.Padahal tidak seperti itu. Yang dilakukan saat ini baru penataan ringan melalui PAK. Kami ingin memperbaiki fasilitas dulu, sambil menyusun kajian besar untuk menjadikan Pasar Legi tidak lagi hanya pasar tradisional, tapi pusat aktivitas ekonomi kreatif,” ujarnya. 

Menurut Parminto, sebagian pedagang sempat trauma karena pengalaman masa lalu. Setelah kebakaran besar beberapa tahun lalu dan pembangunan ulang, Pasar Legi yang dulu legendaris justru kehilangan daya tariknya. Lantai dua sepi, transaksi menurun, dan generasi muda enggan datang.

“Itu sebabnya, ketika Mas Wali menjelaskan langsung konsepnya, para pedagang justru senang. Mereka paham bahwa yang diubah bukan identitas pasarnya, tapi cara agar pasar tetap hidup di zaman baru," tutur Parminto. 

Mas Ibin pasar legi

Anak Muda dan Pasar Baru

Baca Juga : BGN Tutup Operasional SPPG Mangunrejo Kepanjen, Usai Siswa dan Guru MTs Al-Khilafah Keracunan

Visi “Pasar Legi Reborn” tak hanya berbicara soal fisik bangunan. Lebih dari itu, ini adalah upaya menarik kembali generasi muda untuk berinteraksi dengan ekonomi rakyat.

Mas Ibin bahkan menegaskan bahwa lantai dua akan dikhususkan sebagai ruang untuk anak muda Kota Blitar. “Kalau pedagang senior mau tetap berdagang, silakan kirim anaknya, adiknya, atau generasi Z-nya,” ujarnya sambil tersenyum. Ia menambahkan bahwa konsep di lantai dua ini tidak sekadar untuk berdagang, tetapi juga untuk menampilkan semangat dan kreativitas generasi muda. “Yang lantai dua ini memang harus berbeda. Harus ada kreativitas, semangat muda, ide segar. Biar orang datang bukan hanya belanja, tapi juga menikmati suasana,” imbuhnya. 

Ia membayangkan lantai dua Pasar Legi menjadi pusat kuliner, pertunjukan musik, dan ruang kreasi seniman lokal.
Dengan konsep ini, interaksi antar generasi bisa terbangun: pedagang lama tetap bertahan di lantai bawah, sementara lantai dua menjadi magnet baru bagi pengunjung muda.

“Kalau lantai atas ramai, otomatis lantai bawah juga ikut ramai. Efeknya multiplier,” jelas Parminto. Ia menjelaskan bahwa konsep revitalisasi pasar ini tidak hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga pada daya tarik suasana dan aktivitasnya. “Kita bahkan merencanakan ada spot selfie, event mingguan, dan ruang komunitas. Jadi tidak harus jualan kain atau sembako saja. Orang datang karena suasananya menarik,” jelasnya. 

Revitalisasi yang Partisipatif

Dialog

Kekuatan utama dari konsep ini adalah partisipasi pedagang sejak awal perencanaan. Pemkot Blitar tidak lagi menggunakan pola lama di mana pemerintah merancang sementara pedagang hanya menunggu. Kini, setiap tahap akan melibatkan perwakilan pedagang untuk memberikan masukan dan ide.

“Ini bukan proyek dari atas ke bawah.Kita ajak mereka sejak awal, supaya semua merasa memiliki. Karena tanpa pedagang, pasar tidak akan hidup," kata Parminto. 

Para pedagang pun menyambut baik pendekatan itu. Dalam pertemuan di warung Mbok Tun kemarin, banyak di antara mereka yang menyatakan siap beradaptasi.

Membangun dengan Dialog, Bukan Instruksi

Langkah Mas Ibin mengunjungi langsung pedagang di sela kesibukannya menunjukkan gaya kepemimpinan yang jarang ditemui: pemerintahan yang membangun lewat dialog.Ia tak membawa map tebal atau pidato panjang. Hanya secangkir kopi, sepotong kue, dan waktu untuk mendengar.

Bagi banyak pihak, pendekatan ini menjadi bentuk nyata dari adaptive governance, yakni pemerintahan yang belajar dari masyarakat, bukan sekadar mengatur mereka.

“Saya ini hanya ingin memastikan satu hal,” ujar Mas Ibin, menutup perbincangan sore itu. Ia menegaskan bahwa semangat utama dari program revitalisasi bukan sekadar mempercantik bangunan, melainkan membangun keadilan dan kebersamaan antara pemerintah dan pedagang. “Bahwa revitalisasi ini tidak merugikan siapa pun. Saya ingin perubahan ini lahir dari bawah, dari pedagang sendiri. Kalau mereka bahagia, pasar akan hidup. Dan kalau pasar hidup, ekonomi kota ikut bergerak," tandas orang nomor satu di Kota Blitar. 

Pasar Legi

Pasar Legi, Ikon Lama yang Bersiap Lahir Kembali

Menjelang senja, pertemuan itu berakhir dengan tawa ringan. Kopi memang sudah dingin, tetapi semangat baru justru mulai menghangat. Di wajah para pedagang tampak harapan bahwa Pasar Legi tidak lagi menjadi bangunan sepi di tengah kota, melainkan jantung kehidupan baru bagi warga Kota Blitar.

Konsep “Pasar Legi Reborn” bukan sekadar proyek fisik, tetapi menjadi simbol kebangkitan ekonomi rakyat hasil kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Dalam visi tersebut, pasar tidak lagi dipandang hanya sebagai ruang jual beli, melainkan juga sebagai ruang sosial, budaya, dan kreatif.

Mas Ibin di warung

Sebagaimana ditegaskan Mas Ibin dengan lugas:

“Saya ingin Pasar Legi jadi tempat yang hidup 24 jam. Tempat orang jualan, nongkrong, dan berkreasi. Tempat semua warga Kota Blitar merasa punya rumah bersama.


Topik

Pemerintahan Wali kota Blitar Mas Ibin Pasar Legi Kota Blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Banyuwangi Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy

Pemerintahan

Artikel terkait di Pemerintahan