Mahasiswa UB Turun ke Ruang Publik, Ajak Warga Malang Rayakan Hari Disabilitas Internasional
Reporter
Hoshi Amalia
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
01 - Dec - 2025, 04:51
JATIMTIMES - Semangat kesetaraan bagi penyandang disabilitas kembali menggema di Kota Malang menjelang peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025. Momentum yang diperingati setiap 3 Desember ini menjadi pengingat bahwa inklusi bukan hanya wacana seremonial, melainkan upaya berkelanjutan untuk mewujudkan ruang sosial yang setara bagi semua orang.
Menangkap momen tersebut, Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (Formapi) menghadirkan inisiatif bertajuk GAPAI di Maliki Plaza, Malang. Program ini dirancang sebagai ruang perjumpaan antara penyandang disabilitas dan masyarakat umum, dengan tujuan menumbuhkan pemahaman bahwa setiap individu difabel maupun non-difabel, memiliki potensi, kreativitas, serta hak untuk tampil dan diakui.
Baca Juga : Temui Sekda Soal Ultimatum 5x24 jam, APP Pilih Tunggu Proses Sidang soal Tembok
Ketua Pelaksana, Jelita, menyampaikan bahwa GAPAI tidak hanya bertujuan memperingati HDI, tetapi juga membuka ruang belajar bersama agar publik dapat memandang difabel secara lebih setara. “Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa setiap orang memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan. Program ini juga akan terus dikembangkan karena Formapi memang berfokus pada isu inklusivitas,” ujarnya.
Antusiasme pengunjung turut mewarnai jalannya acara. Salah satunya Hafidz, yang mengaku terkesan dengan kemampuan peserta difabel dalam menampilkan karya seni. “Yang paling menarik bagi saya adalah teater musikal dari SMAN 1 Malang, sangat penuh penghayatan,” tuturnya. Ia juga merasa senang dapat berinteraksi dengan banyak orang baru serta belajar langsung mengenai isu disabilitas di ruang publik.
Penampilan seni dari teman-teman difabel menjadi salah satu sorotan, mulai dari vokal yang mengisi ruangan, musikalisasi puisi, hingga teater yang dibawakan penuh penghayatan. Pengunjung juga dapat melihat pameran seputar inklusivitas dan belajar bahasa isyarat secara langsung. Di sisi lain disediakan tiga zona edukasi, yaitu Daksa, Tuli, dan Netra yang memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mengenal kebutuhan dan karakteristik setiap kelompok disabilitas secara lebih dekat.
Hari Disabilitas Internasional sendiri merupakan agenda global yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1992. Peringatan ini bertujuan mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai isu disabilitas sekaligus memperjuangkan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang disabilitas di seluruh dunia. Inklusivitas didefinisikan sebagai penerimaan dan keterlibatan penuh semua individu tanpa memandang perbedaan, mulai dari kemampuan hingga status sosial. Guna menjaga etika interaksi, publik disarankan untuk selalu menawarkan bantuan terlebih dahulu dan menghindari inisiatif langsung tanpa izin.
Komunikasi yang efektif mencakup penggunaan bahasa sederhana, gestur jelas, serta tidak menutup bibir saat berbicara. Sebaliknya, berbicara terlalu cepat atau menghindari kontak mata adalah sikap yang harus dihindari. Adapun disabilitas dikelompokkan menjadi empat jenis utama: Disabilitas Fisik, Intelektual, Sensorik, dan Mental.
Baca Juga : Bank Jatim Masuk Platinum Rank dalam ASRRAT 2025, Ini Daftar Capaiannya
Acara peringatan ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat Malang untuk berpartisipasi dan belajar mengenai isu-isu disabilitas. Kegiatan edukatif serta ruang ekspresi kreatif yang dihadirkan diharapkan dapat memicu kesadaran kolektif untuk terus memperjuangkan inklusivitas sehingga potensi penyandang disabilitas semakin diakui, dihargai, dan diberi ruang berkembang dalam kehidupan sosial.
